Kamis, 18 Februari 2010

DI/TII GUERRILLA

DI/TII adalah sebuah organisasi paramiliter yang dipimpin oleh seorang bernama S.M Kartosuwiryo, pemberontakan ini bermula saat Kartosuwiryo menunjukkan ketidakpuasannya terhadap pemerintahan RI yang menyetujui perjanjian Renville, yang dimana perjanjian tersebut telah banyak merugikan wilayah territorial RI sehingga membuat pasukan-pasukan Republik Indonesia harus meninggalkan wilayah tersebut. Namun sebagian para gerilyawan memutuskan untuk tetap tinggal sebagai upaya perlawanan mereka terhadap pemerintah, diantaranya adalah Hizbullah & Sabillillah.
Hal inilah yang akhirnya dimanfaatkan oleh S.M Kartosuwiryo untuk menggalang operasi pemberontakan dan awal mula pembentukan DI/TII.

DI/TII DI JAWA TENGAH
Pemimpin kelompok di Jawa Tengah adalah Amir Fatah yang memimpin Majelis Islam dan Kyai Sumolangu pemimpin dari Angkatan Umat Islam (AUI) serta Batalyon 426 yang membelot. Pemberontakan di Jawa Tengah ini disebabkan oleh karena diadakannya reorganisasi Sepuluh Divisi Militer menjadi Tujuh dan upaya pembangkangannya yaitu tidak mau menyerahkan senjatanya kepada TRI.

DI/TII DI SULAWESI SELATAN
Pemimpinnya adalah Kahar Muzakkar, alasannya kurang lebih sama yaitu menolak pengurangan jumlah tentara di daerahnya serta upaya-upaya pemerintah untuk membasmi kesatuan gerilyawan di seluruh Indonesia. Kahar pun melarikan diri ke hutan dan akhirnya berhasil ditembak mati oleh tentara RI.

DI/TII DI KALIMANTAN SELATAN
Pemimpinnya adalah Ibnu Hajar, ia merasa tidak senang dengan pemerintah RI karena mereka menolak mengakui pejuang-pejuang sebagai veteran perang sehingga timbulah pemberontakan, namun pemberontakan yang terjadi di Kalimantan Selatan ini tidak begitu meluas dan akhirnya Ibnu Hajar menyatakan menyerah kepada RI dan dijatuhi hukuman mati.

DI/TII DI ACEH
Pemimpinnya adalah Daud Beureuh, ia adalah seorang ulama berpengaruh, ketidaksukannya terhadap pemerintah Ri dikarenakan tidak diberikannya otonomi luas kepada Aceh karena Aceh pada saat itu masih merupakan bagian dari wilayah Sumatera Utara, namun pemerintah akhirnya dapat menyelesaikan permasalahan secara persuasive

(fin dari buku sejarah dan berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar